Kamu pasti pernah melihat satu tipe konten media sosial yang dipakai di mana-mana, mulai dari akun meme hingga brand besar. Salah satu contoh konten yang sempat viral, yaitu kata “bercyandaaa” seperti satu ini:
video credit by @thesadewa
Sebagai orang yang bekerja di dunia konten digital, mungkin kamu merasa perlu mengikuti suatu tren yang ada. Pemikiran ini timbul bukan tanpa alasan, ada tujuan di baliknya di mana kamu ingin mempertahankan eksistensi brand. Sayangnya, bagi para user melihat hal yang sama dan berulang-ulang dapat mengakibatkan overwhelmed.
Seringnya “efek samping” dari mengikuti tren yang ada tidak terlalu diperhatikan oleh mereka yang berkutat di dunia media sosial, baik tim internal maupun pihak ketiga. Kebanyakan orang berfikir bahwa “tren konten” wajib dibuat karena dapat meningkatkan eksistensi brand-nya.
Beda halnya dengan penyedia jasa konten media sosial. Mereka cenderung berpikir bahwa konten yang mengikuti tren dapat meningkatkan engagement rate atau growth social media. Tapi melupakan kenyataan apakah output yang dibuat sudah sesuai dengan brand identity klien atau tidak.
Jadi, apa benar mengikuti tren menjadi satu-satunya kunci untuk dapat eksis dalam dunia media sosial? Yuk, kita kupas lebih dalam di bawah ini!
Going Against the Norm is Key
Menurut para pakar digital marketing dan teori yang berkembang di dunia media sosial, mengikuti tren merupakan salah satu cara untuk dapat mempertahankan eksistensi brand sekaligus menjadi peluang untuk menaikkan awareness hingga conversion atau lebih dikenal dengan istilah riding moment.
Tapi dalam kenyataannya, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan salah satunya, yaitu apakah tren tersebut sesuai dengan value dan brand image. Bila tren tersebut tidak mendukung value brand-mu, maka tidak perlu dipaksakan untuk mengikutinya hanya karena takut ketinggalan dengan brand lainnya.
Sayangnya, tidak semua penyedia jasa untuk mengelola media sosial di luar sana memahami ini dan berujung menciptakan konten yang “menjiplak” atau “meniru” tren yang ada. Banyak yang masih mengabaikan fakta ini dan menganggap mengikuti tren adalah hukum yang wajib tanpa mempertimbangkan atau memposisikan diri dari POV brand.
Lalu, apakah salah mengikuti suatu tren di media sosial? Jawabannya adalah tidak bila kamu dapat menyesuaikan tren tersebut sesuai dengan brand identity-mu. Kuncinya, yakni bukan hanya sekedar mengikuti tren sehingga tidak ketinggalan “momen” tersebut tapi bagaimana menyesuaikan tren yang ada sesuai dengan target audiens.
Setelah memahami konsep ini, timbul pertanyaan “apa saja yang perlu diperhatikan saat membuat konten media sosial?”
Sebagai salah satu dari sekian banyak penyedia jasa kreatif, Hakuhodo Digital memiliki pola dasar yang dapat kami bagikan kepadamu. Hal ini biasanya kami terapkan dalam menyiapkan konten untuk client, seperti:
Menyusun strategi dan content planning sesuai dengan value brand dan data analisis.
Memastikan copy pada setiap konten sesuai dengan brand image.
Memberikan arahan terkait tone dan design yang tetap up to date namun tidak menyimpang dari brand image.
Tidak berhenti di sini saja, Hakuhodo Digital selalu memastikan setiap konten sesuai dengan prinsip “sei-katsu-sha” untuk mengekspresikan “consumer” sebagai pribadi yang holistik—individu dengan gaya hidup, aspirasi, dan impian. Yang mana hal ini dapat membuat kontenmu jauh lebih advance.
Dengan berbagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh setiap anggota kreatif di HD, mulai dari industri F&B, beauty product, dan lainnya, kami yakin mampu mendukung brand-mu untuk terus bertumbuh secara organik dan tentunya tetap menjaga value hingga ke pelanggan dengan baik.
Beritahu kebutuhanmu melalui bd@h-digital.id karena tim kami dengan senang hati siap membantu!
Comments